Gue Baru Sadar Kalau Gue Terlalu Banyak Bicara (LOL)


Gue baru sadar satu hal lain dari diri gue. Sesuatu yang sebelumnya nggak pernah gue perhatiin atau gue terlalu pikirin. Ya memang belakangan ini semua hal gue pikirin banget. Wkwkkwkw. Takut kalau tweet gue yang tadi akan menyakiti, takut kalau chat gue ke si anu bakal dianggep macem-macem, takut kalau update-an story gue di Instagram malah jadi gimana gitu. Sebenarnya kalau boleh jujur, gue nggak suka nih sama kebiasaan yang kayak gini. Walaupun di satu sisi memang gue jadi lebih harus hati-hati dalam bertindak, tapi di sisi lain melelahkan juga kalau semuanya harus dipikirin. Bahkan hal-hal kecil pun harus disesali juga. Ya tapi gue sedang berusaha untuk mengatasi itu.

Orang yang kenal gue atau pernah ketemu gue pasti tahu kalau gue ini orangnya banyak bicara banget. Kadang-kadang, dipertemuan pertama, gue saking salah tingkahnya jadi suka sok akrab dengan cara membeberkan hal-hal yang lebay. Semacem TMI banget gitu deh. Kayak yang tadi gue bilang di awal, gue dulunya nggak pernah menyadari ini atau mempermasalahkan ini. Tapi belakangan gue benar-benar kepikiran dan membuat gue jadi suka mengutuk diri gue sendiri atas apa yang tadi sudah gue lakukan.

Kayak, “duh harusnya gue nggak ngomong gitu!”, atau, “ih apaan sih, ngapain juga bahas hal itu!” Kalau ada hal yang paling gue sukai di dunia ini adalah bicara dengan diri sendiri, dan kalau ada hal yang paling nggak gue sukai di dunia ini adalah bicara dengan diri sendiri dan menyesali apa yang sudah gue lakukan sejam yang lalu, sehari yang lalu, seminggu yang lalu, bahkan bertahun-tahun yang lalu.

It sucks.

Sampai sekarang gue masih tetap nggak bisa berhenti memikirkan kesalahan-kesalahan lama yang mungkin bahkan orang-orang yang terlibat di dalam kejadian atau situasinya bahkan sudah lupa.

Lalu ada yang berbisik ke gue: “yakin mereka lupa? Tahu dari mana? Gimana kalau mereka sekarang lagi mikirin itu dan langsung keinget sama apa yang lo katakan atau apa yang lo lakukan lalu lo dicaci maki sama mereka dan lo nggak tahu?”

BANGSAT. YA BAGUS DONG GUE NGGAK TAHU EMANGNYA GUE BISA NGATUR MEREKA MAU MIKIR APA!

Hal-hal kayak gini yang paling nggak gue sukai dari diri gue. Seperti menghantui ke mana pun gue pergi dan apapun yang sedang gue lakukan. Gue selalu berusaha untuk bisa move on dan lupa tapi kadang-kadang suka random aja gitu datang ke pikiran gue.

Dalam sebulan terakhir gue beberapa kali ketemu dengan orang-orang baru. Di pertemuan pertama itu, gue baru sadar kalau gue bisa banyaaaaaaaak banget bicara. Sampai kadang-kadang gue merasa kayaknya orang yang gue ajak bicara ini nggak nyaman sama gue. Alasannya sebenarnya simpel aja: gue nggak suka suasana canggung jadi gue selalu berusaha untuk memunculkan topik obrolan. Tapi nggak selamanya juga topik itu ditanggapi atau relate sama mereka jadinya yaudah balik canggung lagi.

Suasana canggung tuh membunuh mood banget. Bikin waktu jadi terasa berjalan sangat lama. Gue nggak suka banget deh sama situasi kayak gitu. Daripada gue harus terjebak di sana, lebih baik gue pergi dan menghindar aja. Tapi nggak semua situasi gue bisa langsung pergi dan menghindar gitu aja. Kadang-kadang lawan bicara gue juga nggak membantu buat membuat suasana jadi lebih baik, masalahnya. WKWKWKKWWKWKWKKW. Gak deng bukan maksud gue nyalahin orang. Cuma ya gitu, gue jadi terlalu banyak bicara karena gue khawatir suasana akan jadi canggung kalau gue nggak banyak bicara. Yang padahal pada akhirnya karena gue banyak bicara jadi banyak juga hal-hal yang nggak perlu dibicarakan dan dikatakan.

Berabe deh. Serba salah.

Satu hal lagi yang gue sadar dan masih berhubungan sama banyak bicara adalah gue mengekspresikan rasa kangen gue dengan kebawelan gue.

Ini... agak nyebelin. Jujur. Kalau gue jadi temen gue, ini nyebelin sih. AHAHAHAHAHHA.

Jadi belum lama ini gue nonton Mortal Kombat di IMAX sama beberapa orang teman. Salah satu dari mereka udah lama banget gue nggak ketemu dan gue kangen banget sama dia. Dia adalah temen baik gue di kantor yang sebelumnya. Yang satu lagi sebenarnya kita tuh temenan sudah lama tapi emang selalu canggung. Jadi gue agak nggak bisa terlalu bertindak lebay ke dia karena dia juga orangnya agak membatasi dan memagari diri dari kelebayan gue kadang-kadang. TAPI GUE KANGEN BANGET JUGA SAMA ORANG INI. Jadilah hari itu gue ketemu sama mereka dan... wow... gue bicara nggak berenti-berenti.

KAYAK...

BENERAN LO KERASUKAN APA GIMANA @RONZZY?!?!?!?!?!

Gue baru sadar kalau gue terlalu banyak bicara setelah gue sampai di kosan. Gue merasa kayak gue nyerocos terus nggak berenti-berenti. Gue ngomongin soal banyak hal. Catching up soal mereka juga sih sebenarnya dan juga cerita soal apa saja yang gue lakukan belakangan-belakangan ini. Jadi intinya memang gue nggak mau kalau pertemuan yang udah lama tidak terjadi itu jadi canggung cuma karena kita nggak ada topik obrolan gitu lho. Jadi gue bacot aja terus nyerocos tiada henti.

Tapi setelah sampai kosan gue jadi kepikiran banget. Kayak... asli gue ngomong terus ya? Kok kayaknya dari tadi mereka kayak diem aja deh? Kenapa ya?

Gue pun curiga sebenarnya ini adalah efek dari gue yang emang udah lama banget nggak ketemu mereka. Gue bukan tipe orang yang malu gitu lho kalo bilang kangen sama orang walaupun sama temen laki-laki sekalipun. Kalau gue udah ngerasa kita cukup dekat kadang gue beneran kayak “FAK GUE KANGEN DEH SAMA LO” gitu. Kebanyakan dari mereka, gue bersyukur banget buat ini, nggak pernah mempermasalahkan betapa straightforward-nya gue soal itu. Walaupun ada juga sih yang gue suka tahan-tahan meski gue kangen banget sama ni orang tapi kalau kadar kedekatan gue sama dia belum sampai 50 persen gue nggak akan ngomong gitu. Biasanya kalo kita nggak deket-deket banget tapi gue kangen berarti gue menaruh perasaan deh.

#YHA

#YHAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA

Mungkin memang karena gue udah lama banget nggak ketemu sama mereka jadi gue nggak bisa berhenti bicara. Seperti gue nggak mau hari ini dan momen ini berlalu begitu saja dengan kita kaku, diem-dieman, canggung, dan situasi-situasi yang nggak mengenakan gitu. Makanya gue nyerocos aja terus. Dan masalahnya salah satu dari temen gue itu juga tipe orang yang diem gitu lho. Harus dipancing buat ngomong baru deh mau berisik. Tapi itu juga yang bikin gue kadang nggak enak dan merasa kayak “TUTUP DEH MULUT LO BRENGSEK @RONZZY KEBANYAKAN BACOT ANJIR”.

Wkwkwkkwkwkwkwkw.

Untungnya ada temen yang lain lagi yang emang banyak omong juga sama kayak gue jadi kadang gue sama dia asik berdua yang orang ketiga cuma ngeliatin sambil komentar seperlunya.

Mungkin ini memang terjadi karena gue udah nggak sering lagi bergaul dan ketemu sama orang-orang. I mean, kita semua dalam kondisi yang sama, bukan? Terlalu lama dalam bubble sendiri dan ketika ketemu orang jadi kayak kaget nggak sih. Jadi kayak penasaran. Baru lagi ngalamin yang namanya ngomong sama manusia secara langsung walaupun pada akhirnya gue doang yang banyakan ngomong.

Tapi gue mulai curiga apakah ini emang udah kebiasaan gue dari dulu, atau emang baru selama pandemi ini aja ya?

Soalnya beberapa hari lalu gue coba live di Space dan gue...... semakin merasa kalau ya memang gue terbanyak bacot sih.

Mungkin di bulan Ramadhan ini saatnya untuk bertaubat.



Share:

0 komentar